Diantara Manusia


PART I

Pertanyaan ku kepada semuanya yang pernah saya kenal, “Apakah saya Orang Yang Ribett?”… yang menjawab tidak, (aku anggap) mereka mengerti dan sebaliknya. Karena…………. Bentar, aku lupa harus mulai dari mana, teralu berbelit urusanya. Antara kebaikan, Fitrahnya manusia. Dan Ego, Prinsip manusia. Apakah orang yang berprinsip selektif kepada manusia itu egois? Munurut mu?



Aku banyak mengenal manusia, tapi sebagian dari mereka tidak punya sifat manusia.  entah ku jadikan “siapa” dalam hidup, itu tergantung merekanya sendiri. Awalnya seperti itu, tapi seseorang telah membuat sudut pandangku berbeda, plisss ini bukan tentang cinta, tapi kebaikan hati manusia yang tulus dan cara memanusiakan manusia nya lah yang membuatku banyak belajar. Peduli, Empati, Simpati, tapi Aku juga tetap bisa membenci.

Nyatanya hidup dalam kepedulian dan kebaikan terlalu banyak sakit hati, dimanfaatkan. tapi itulah resiko dari keyakinan. Untungnya saja saya ikhlas karena tuhan. Aku banyak belajar dari orang, tentang mengerti latar belakang seseorang, tentang kepercayaan, juga kekecewaan. Tentu, membentengi diri dari hal yang nantinya menjadikan kekecewaan selalu kulakukan, makanya aku tak pernah kecewa ketika pernah kenal kepada siapapun, bagaimanapun lingkungannya aku terima, selagi masih bisa diajak diskusi santai, membicarakan relasi dan masa depan, its ok, not wrong. Namun kian banyak mengenal orang ternya makin membuatku semakin mengerti bahwa terlalu banyak toxic yang aku ketahui. Tapi itu tidak pernah melunturkan prinsipku. NAMUN AKU TIDAK LUPA, mengenal manusia banyak juga kecewa, ketika banyak tuntutan kita harus saling menghargai, lalu dengan bangga nya mereka lupa, mereka juga harus menghargai kita, selayaknya manusia, bukan kah seperti itu?? OK, tapi saya tidak pernah peduli orang mau atau tidaknya menghargai saya. Karna saya tau, tuhan akan memberikan kasih sayang nya kepada saya bisa lewat siapapun.
Tiap hari dunia semakin berubah, alam mengujiku dengan cara yang luar biasa, hingga akhirnnya aku harus menutup buku ku yang lama, dan ku beri nama … ah lupakan, urusan nanti. Aku menutup buku karena aku rasa alam mengharuskanku untuk mengikutinya, awalnya dengan menerima semua kehilangan yang aku rasakan, hingga sudah mulai memuncak, dimana aku sudah muak dengan semua sandiwara orang orang. Orang yang ku percayai mengkhianati, yang aku sayang pergi, dan yang aku hargai malah memaki.

Akhirnya aku bisa merasakan kecewa. Dinding yang dibangun untuk menangkis semua kecewa itu runtuh, karena rasa peduliku sudah lebih, dan ya gimana pengkhiatan dan hal aku benci didunia ini dilakukan mereka yang aku percayai. Jika hanya sekali itu tidak apa apa,tapi kali ini benang merahn sudah dilewatinya. Agak bingung juga harus menceritakannya seperti apa, namun inilah yang terjadi, aku yang tak pernah kecewa mengenal orang. Akhirnya mengalami dengan cara yang begitu pedih, bak disayat irisan bambu secera perlahan dan ditarik lagi. Lebih baik aku ditusuk pedang musuh, tak terasa. Dari pada seperti ini. Tapi, inilah yang semesta inginkan, agar aku tau. Bahwa sebesar apapun prinsip dan sebesar apapun kebaikan akan selalu ada titik titik hitam yang menguji dan menguji.
OK, Kesimpulan, banyak sekali pelajaran yang didapatkan juga dari manusia manusia pecundang ini, Aku ceritakan dengan nama samaran di part selanjutnya……..

To Be Continue……
See u soon,

Sekilas (Aku, terlalu lemah mengikuti narasi ini, hingga beraninya menutup buku . Tapi aku sadar, menutup buku bukanlah mengakhiri aku untuk membaca dan belajar. Ada buku lain yang harus aku baca, ada kertas kosong lagi yang meski aku tulis. Ini saatnya aku rubah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Antara Manuasi II

Diantara Manusia III